Belajar Mengakrabkan Diri Dengan Buku


Teman saya bilang, jika ingin wangi, maka bertemanlah dengan penjual parfum agar wanginya bisa menular ke kita.


MINGGU ini, menjadi sedikit bebas bagi saya. Tugas di lembaga kemahasiswaan telah selesai.

Setelah Musker, saya pulang kampung di Maros. Di rumah, tidak banyak yang saya kerjakan. Hanya menjaga keponakan (adik kakak perempuan saya) yang belum cukup setahun. Belum bisa jalan, tapi tingkahnya sudah banyak.

Selama kurang lebih tiga tahun, saya cukup disibukkan dengan kegiatan dan tugas-tugas organisasi. Tetapi setelah selesai, waktu kosong semakin banyak, dan belum ada tugas lain, selain tugas akhir di kampus.

Seorang teman menghubungi saya dan mengajak untuk bergabung di salah satu klub buku di Makassar. Tentunya saya sangat tertarik.

Tetapi awalnya sempat pesimis, pasalnya saya salah satu orang yang malas membaca. Jika dihitung-hitung, selama kuliah, mungkin hanya sekitar satu, dua buku yang saya baca sampai selesai.

Banyak yang buku yang saya baca, tetapi tidak sampai selesai. Ada yang hanya setengah halaman, seperempat halaman, bahkan beberapa hanya sampai kata pengantar dan biografi penulis.

Klub buku tersebut terbilang baru. Terbentuk pada tahun 2018. Di sana para pencinta buku selalu berkumpul dan berdisukusi tentang buku setiap bulan.

Klub buku ini juga tidak mewajibkan selalu aktif. Oleh karena itu, saya menuruti panggilan teman untuk bergabung.

Untuk kali pertama, saya ikut bukan sebagai anggota. Saya hanya menjadi "Alien". Istilah yang digunakan bagi peserta yang tidak memiliki buku untuk didiskusikan.

Jika anggota, diwajibkan semua memiliki buku, sudah dibaca, dan dijelaskan tentang isi buku tersebut. Setelah itu dilakukan diskusi.

Dalam forum tersebut, hanya saya sendiri yang sebagai alien. Anggota yang lain telah menyiapkan buku yang telah dibaca lalu dijelaskan.

Satu persatu dibahas. Saya lupa dan memang tidak memahami topik buku yang dibahas saat itu. Saya hanya mendengarkan, menyimak, dan ikut meramaikan.

Dari puluhan anggota yang menjelaskan buku mereka, hanya ada tiga buku kalau tidak salah yang berbahasa Indonesia. Selebihnya buku berbahasa Inggris.

Itupun, buku yang berbahasa Indonesia, memang sudah cukup populer di telinga. Cuman saya memang yang malas membaca, belum pernah membacanya.

Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, salah satu buku yang dibahas kala itu. Ada juga buku Eka yang berjudul Seperti Rindu Dendam Harus Dibayar Tuntas. Yah, hanya kedua buku dan pengarang tersebut yang akrab ditelinga saya.

Mereka sangat heboh dalam berdiskusi. Terkadang, diskusi mereka menggunakan bahasa Inggris yang sebagian besar saya tidak paham.

Wajar saja, mereka yang ada dalam klub tersebut rata-rata fasih berbahasa Inggris. Beberapa diantara mereka telah berkeliling di Eropa, ada yang lulusan LPDP, ada yang pernah kuliah di Amerika, dan lain sebagainya.

Salah satu yang terasa lucu di akhir pertemuan. Mereka membuat semacam games. Melalui sebuah pertanyaan tentang kehidupan sehari-hari, semua anggota disuruh memilih.

Namun sayang, semua pertanyaan dan pilihan menggunakan bahasa Inggris. Sebagai orang yang awam dengan bahasa tersebut, tentunya kebingungan dalam menjawab pertanyaan. Jangankan jawabannya, pertanyaannya saja saya tidak paham.

Untung saja, teman yang mengajak saya bergabung di klub tersebut, sedikit fasih berbahasa Inggris, sehingga saya banyak bertanya dengan berbisik-bisik dengannya.

Pertemuan ini sangat berfaedah dan bermanfaat bagi saya. Banyak pengetahuan baru, pengalaman baru yang saya dapatkan. Selain itu, juga memotivasi saya untuk lebih banyak belajar lagi. Utamanya membaca buku dan berbahasa Inggris.

Dan ternyata selama ini saya menganggap sudah lumayan jika dibandingkan dengan teman-teman saya yang juga sama-sama malas membaca. Setelah saya ikut dalam klub tersebut, saya merasa kalau yang saya tahu selama ini belum ada apa-apanya. Saya merasa paling bodoh dalam forum tersebut.

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url