Deretan Perayaan Malam Tahun Baru Imlek di Makassar

Hampir semua akses kendaraan menuju Jalan Sulawesi di Makassar tertutup dan dijaga polisi, Jumat 24 Januari 2019. Kendaraan roda dua ataupun roda empat dilarang masuk kecuali mereka yang memiliki kepentingan atau pejabat penting.

Tadi malam, masyarakat Tionghoa merayakan pergantian tahun baru imlek 2570 ke 2571. Perayaan tersebut dilaksanakan di Kelenteng Xian Ma, Jalan Sulawesi, Makassar.

Tepat di sekitaran Kelenteng tersebut, jalanan dipadati oleh warga Makassar. Selain masyarakat Tionghoa, mereka juga yang beragama lain datang memadati dan menyaksikan cara perayaan tahun baru imlek.

Tak ketinggalan, ini juga kali pertama saya menyaksikan orang-orang Tionghoa merayakan pergantian tahun mereka. Cukup unik bagi saya yang baru melihatnya.

Lampion merah menggantung dibalut kertas berwarna merah menyala dengan gemerlapnya di langit-langit Kelenteng. Pendar cahaya merah dari lampion tersebut katanya memiliki makna filosofis tersendiri.

Nyala merah lampion menjadi simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan. Legenda klasik juga menggambarkan lampion sebagai pengusir kekuatan jahat angkara murka yang disimbolkan dengan raksasa bernama Nian.

Perayaan pergantian tahun baru imlek tadi malam juga dihiasi puluhan lilin. Mulai dari yang kecil hingga lilin besar yang diletakan di dalam tempat yang berbentuk toples. Selain di depan Kelenteng, lilin-lilin juga dinyalakan di depan patung dewa-dewi yang berada di sudut ruangan.

Lilin-lilin yang dinyalakan tersebut memiliki makna khusus bagi masyarakat Tionghoa. Lilin yang menyala memiliki makna sebagai penerang untuk menjalani kehidupan setahun ke depan. Masyarakat Tionghoa meyakini lilin tersebut menjadi penerang dalam hidup dengan harapan agar kehidupan yang dijalani dapat berjalan dengan mudah dan lancar.

Selain itu, pada malam perayaan tahun baru imlek ini juga diwarnai dengan atraksi pertunjukan aksi Barongsai. Barongsai merupakan tarian tradisional Tiongkok dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa. Tarian ini diiringi gong, drum, dan dentuman mercon yang dipercayai dapat mengusir hantu dan membawa keberuntungan.

Sejak saya bersama teman-teman datang hingga meninggalkan Kelenteng tersebut, ratusan orang-orang Tionghoa secara bergantian keluar dari Kelenteng membawa kumpulan hio yang ujungnya telah dibakar. Kumpulan hio seukuran lidi yang berwarna merah inilah yang mengeluarkan asap wangi.

Prosesi sembahyang mereka dengan berdiam sejenak kemudian mengangkat hio dengan kedua tangannya hingga persis di depan kening, mengayun-ayunkannya, seraya menunduk berulang kali. Setelah itu mereka menancapkan hio ke wadah yang telah disediakan di depan Kelenteng.

Hio adalah dupa yang digunakan oleh masyarakat Tiongha sebagai pelengkap dalam ritual ibadah. Hio sendiri berarti harum. Sesuai dengan arti namanya, Hio mengeluarkan wangi yang khas ketika dibakar.

Inilah beberapa cara orang-orang Tionghoa yang berada di Makassar merayakan malam pergantian tahun baru imlek. Saya turut menyaksikannya bersama Nurul Atika, Masturi, Siti Nurhalisa, dan Miftahul Rahmat Rauf.

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url