Menikmati Weekend di Karst Leang-leang Maros


SUARA
guntur menggelegar terdengar nyaring di cakrawala siang bolong saat kami beranjak dari indekos, Minggu 16 Februari 2020. Cuaca yang awalnya panas, tiba-tiba berubah jadi mendung.

Awan gelap menutupi terik matahari tepat di atas kepala. Pertanda bakalan turun hujan.

"Ai mau hujan ini. Bawa jeki jas hujan," kata teman yang saya bonceng di belakang. "Tidak," timpalku.

"Atau lanjut meki deh, tidak hujanji itu," ujarnya dengan logat Makassar meski dia berasal dari luar Sulawesi Selatan.

Meski terik dan mendung silih berganti, semangat kami tetap tinggi untuk melanjutkan perjalanan di akhir pekan ini. Sebenarnya, rencana liburan sudah lama kami rencanakan, hanya saja kesibukan yang ada-ada saja untuk membatalkan rencana kami.

Awalnya sempat ingin ke Lembanna yang berlokasi di Kabupaten Gowa, tetapi batal karena motor yang kami gunakan tidak memiliki rem belakang. Teringat tahun lalu, kami juga sempat ke Bissoloro, Tinambung. Dengan motor yang sama, kami hampir jatuh di penurunan yang cukup tajam dan berpasir.

Opsi kemudian berubah arah ke Maros. Di kabupaten berjuluk Buttasalewangang itu memiliki banyak wisata menarik. Selain itu, jaraknya juga cukup dekat. Berbatasan dengan Kota Makassar.

"Ada itu yang rawa-rawa di Maros. Apalagi namanya?" tanya teman saya.

"Rammang-rammang?" tanyaku.

"Ya itu," katanya singkat.

Perjalanan cukup lancar. Tidak ada polisi di jalan, begitu pun dengan arus lalu lintas. Tidak macet seperti pagi hari atau sore hari saat orang pulang ngantor. Mungkin karena tengah hari dan juga waktu libur.

Jarum indikator bahan bakar sudah menunjuk error saat masuk di wilayah Maros. Kamipun singgah mengisi bensin di pertamina pertigaan menuju Pangkep dan Bantimurung.

Setelah mengisi bensin, tujuan liburan pun berubah. Untuk menuju ke Rammang-rammang, tetap berjalan lurus dan lokasinya masih jauh. Belum lagi di sana bisa merogoh doku lebih banyak. 

Selain itu, juga terlebih dulu naik perahu. Butuh waktu lebih lama.

Sementara jika belok kanan, ada dua tempat wisata yang juga cukup menarik. Permandian Bantimurung dan Leang-leang. Selain lebih dekat, juga lebih hemat biaya. 

Haha maklum, mahasiswa rantau yang ngekos. Selalu mau liburan tapi tidak mau merogoh banyak.

Akhirnya, setelah mengisi bensin, kami pun berubah arah ke timur. Tujuan menjadi Leang-leang.

Leang-leang merupakan salah satu objek wisata prasejarah di Kabupaten Maros. Kata leang diambil dari bahasa Makassar yang berarti gua. Tempat tersebut dinamakan Leang-leang karena di dalamnya terdapat banyak gua.

Jaraknya sekitar 50 km dari Kota Makassar. Jika menggunakan sepeda motor, hanya butuh waktu 1 jam untuk sampai di lokasi tersebut. Itu jika tidak macet. 

Makanya saya menyarankan untuk ke sana pagi-pagi sekali atau tengah hari. Jika tidak, kamu bisa terjebak macet dan untuk sampai di sana mungkin butuh waktu lebih dari satu jam.

Dalam perjalanan, kami disuguhkan pemandangan batu karst yang terbentuk dan tersusun rapi di atas hamparan padi nan hijau. Di pinggiran sawah, menjulang tinggi gunung batu karst.

Di dalam wisata Leang-leang lebih menakjubkan lagi. Panorama alamnya sungguh menawan. Gugusan tebing batu dengan bentuk yang khas dan unik serta gunung-gunung batu yang kokoh menjulang menampilkan panorama khas landscape karst.

Di atas hamparan rumput yang hijau atau di tepian sungai yang mengalir jernih di pinggiran tebing. Orang ramai berswafoto dan foto bersama untuk mengabadikan momen weekend mereka. Ada juga yang mandi di sungai.

Dalam area tersebut juga disediakan rumah adat, baruga, shelter, toilet, jalur tracking, papan interpretasi, dan semacam panggung untuk peristirahatan. Di sinilah saya bersama teman sejenak duduk, minum, dan melepas lelah.

Di taman ini juga terdapat dua leang (gua) yang memiliki daya tarik. Leang PettaE dan Leang Petta Kere.

Di dinding gua tersebut terdapat banyak lukisan purba. Ada berbentuk telapak tangan dan ada juga yang berbentuk babi rusa.

Suasana di dalam taman tersebut sangat sejuk. Angin bertiup sepoi-sepoi diiringi bunyi air yang mengalir di sungai menjadikan suasana hati damai. Sejenak melupakan kehidupan kota yang penuh dengan hiruk pikuk.

Untuk masuk dan menikmati keindahan wisata tersebut cukup Rp10.000 untuk lokal dan Rp20.000 untuk tourist. Eits, jangan lupa juga yah sediakan uang parkir Rp2.000. Murah bukan.

Terakhir, perjalanan kami weekend kali ini cukup menyenangkan. Cuaca yang awalnya mendung kembali cerah dan mendukung dalam perjalanan.

***

DEMIKIAN cerita perjalanan ke Karst Leang-leang Maros. Terimakasih sudah membaca sampai selesai. Silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.

Salam,

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url