Mencari Minat dan Bakat

MASUK perguruan tinggi adalah impian banyak orang. Apalagi itu perguruan tinggi negeri dan favorit. Namun tidak semua orang bisa merasakan suka duka menyandang status mahasiswa.

Demi mencapai impian tersebut, banyak hal yang kadang dilakukan. Mulai bertanya kepada senior-senior yang sudah kuliah, kemudian mengikuti bimbingan belajar, dan sampai menggunakan pendekatan keluarga atau orang dalam kampus.

Masuk perguruan tinggi negeri tidak semudah mendaftar di sekolah dasar. Ada begitu banyak saingan dari berbagai pelosok di nusantara ini. Satu kursi bisa diperebutkan sampai 100 orang. Ditambah lagi biaya kuliah yang kian meningkat sehingga menyulitkan masyarakat ekonomi kebawah.

Saat lulus sekolah, saya termasuk salah satu orang bingung ingin lanjut kuliah atau tidak. Sekaligus bingung ketika lanjut akan mengambil jurusan apa dan universitas mana. Yah, saya akui saat SMK, saya apatis mencari tahu tentang kampus.

Awalnya saya hanya iseng ingin memilih antara Jurusan Matematika atau Bahasa Inggris. Saya lebih tertarik dengan pelajaran hitungan ketimbang bongkar pasang kendaraan. Apalagi saat pendidikan sistem ganda di bengkel, saya sempat mengalami penyakit usus turun.

Setelah berdiskusi dan meminta masukan dari guru-guru di sekolah, mereka menyarankan dan berharap untuk tetap lanjut kuliah sesuai dengan jurusan di SMK. Pilihannya hanya Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif di Universitas Negeri Makassar (UNM). 

Menurutnya, guru SMK jurusan otomotif masih sangat minim ketimbang matematika dan bahasa inggris yang sudah bagai pasir di pantai. Terlalu b­anyak.

Selain itu, dengan memilih jurusan yang selaras dengan SMK akan lebih mudah diterima. Ini salah satu tips yang diberikan. Pasalanya, untuk masuk PTN, saingan untuk memperebutkan satu kursi sangat ketat dan sulit.

Akhirnya, saat pendaftaran SBMPTN, saya memilih Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif UNM pada pilihan pertama, sesuai dengan saran guru yang juga kebetulan lulusan UNM.

Kemudian pilihan kedua saya memilih Pendidikan Matematika UNM, dan pilihan terakhir Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Tadulako.

Sebulan kemudian, hasil tes SBMPTN diumumkan. Saya lulus pada pilihan pertama di Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif UNM.

Saya merasa bersyukur dan termasuk orang yang beruntung. Hanya sekali tes dan dinyatakan lulus pada pilihan pertama. Saat penyambutan mahasiswa baru, diumumkan jumlah yang mendaftar ada sekitar 89 ribu dan diterima hanya 7 ribuan.

Banyak diantara mereka yang lulus terlebih melalui banyak perjuangan. Mengikuti berbagai bimbingan belajar, bahkan sampai berkali-kali mendaftar baru bisa lulus. 

Itupun lulus pada pilihan terakhir yang sebenarnya tidak sesuai dengan minatnya.

Di Jurusan Otomotif, ada beberapa teman sekelas yang lulusan SMA, itu pun jurusannya IPS. Sangat bertolak belakang dengan teknik yang mengarah pada pengetahuan eksakta. 

Selain itu, ada juga yang lulusan madrasah aliyah, dan lulusan SMK Pertanian. Padahal UNM memiliki Jurusan Teknologi Pertanian, tapi malah lulus di Jurusan Otomotif. 

Setidaknya ini menjadi tantangan dan menjadi awal bagi mereka yang baru belajar tentang kendaraan.

Pada awal semester, semua mahasiswa masih belajar dan bisa bersaing intelektual. Diskusi berjalan lancar dari berbagai arah. Yah, karena awal semester masih belajar tentang mata kuliah secara umum.

Saat semester tiga, mereka yang bukan dari eksak, baru mulai belajar praktik di bengkel. Berbeda dengan yang lulusan TKR dan TSM waktu SMK, sudah sedikit banyak mengetahui dan cara bongkar pasang mesin.

Pada semester tiga ini, mahasiswa juga sudah mulai mencari minat dan bakat di bidang lain. Yah, dengan masuk di organisasi tentunya. 

Meskipun begitu, beberapa diantara mahasiswa juga tetap fokus mengembangkan skill di bidang otomotif. Setelah kuliah selesai, mereka langsung ke laboratorium belajar memperbaiki kendaraan.

Mereka yang kurang berminat bongkar pasang kendaraan, ada yang masuk himpunan jurusan, Badan Eksekutif Mahasiswa dan Maperwa, lembaga dakwah, serta Unit Kegiatan Mahasiswa untuk mencari bakat masing-masing.

Mereka yang bergabung di lembaga dakwah lebih berminat belajar tentang agama daripada bongkar pasang kendaraan, yang jadi aktivis lebih senang belajar politik, aturan, dan hukum ketimbang ke bengkel, begitupun lebih senang mencari berita ketimbang bongkar pasang kendaraan.

Sehingga setelah lulus, ada beberapa lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif yang bekerja tidak sesuai dengan bidang keahlian di kampus. Seperti ada yang menjadi ustadz yang saat kuliah lebih aktif di lembaga dakwah kampus. 

Kemudian yang aktif di lembaga pers berkarir di media. Serta tak jarang mahasiswa yang pernah aktif di BEM dan Maperwa masuk partai politik.

Lagi-lagi, tidak semua mahasiswa itu kuliah di jurusan yang mereka minati. Tetapi melalui jurusan yang mereka pilih, bisa menemukan minat melalui berbagai organisasi di kampus.

Sewaktu mahasiswa baru, senior saya bilang kalau mahasiswa yang lebih aktif organisasi itu disebut organisatoris. Para organisatoris akan lebih senang belajar di organisasi yang digeluti ketimbang kuliah di dalam kelas. 

Mereka lebih aktif mencari tahu dengan sendirinya, bahkan rela begadang setiap malam hanya untuk belajar mengembangkan bakatnya. Tanpa disuruh pun, jika itu sesuatu yang diminati, pasti akan berusaha untuk mencari tahu.

Berbeda halnya jika belajar di jurusan. Sebagian mahasiswa, biasanya yang lulus hanya karena kebetulan, sehingga kurang berminat di jurusannya, cenderung hanya sekadar kuliah. 

Menerima materi dari dosen, mengerjakan tugas, ujian tengah dan akhir semester, dapat nilai, selesai.

Saya menyadari bahwa tidak ada yang salah dalam hidup ini. Begitupun dalam pemilihan jurusan, organisasi, dan dalam dunia kerja. Semua sudah ada dalam skenario pencipta. 

Saling menyalahkan orang lain apalagi diri sendiri atas pilihan yang diambil tidaklah tepat. Jalan terbaik adalah selalu bersyukur dan tetap melakukan yang terbaik.

Itulah sedikit perjalanan mahasiswa di dunia kampus. Semua jalan yang ditempuh adalah baik. Yang penting bisa selesai. Sesuai dengan pepatah bijak yang mengatakan bahwa sebaik-baik mahasiswa adalah yang selesai.(*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url