Ban Sepeda Motor Gundul

Ban Sepeda Motor

Ban kendaraan yang gundul sering kita sepelekan. Padahal, jika dibiarkan, dampaknya bisa membahayakan. Kecelekaan, bahkan meninggal dunia. Bahaya kan.

Baiklah. Akhir-akhir hujan sudah sering turun. Setelah beberapa bulan kemarau.

Minggu lalu, setelah hujan deras mengguyur Kota Makassar pertama kalinya, saya pulang kampung ke Maros. Dan ternyata di sana juga turun hujan.

Perjalanan yang biasanya saya tempuh hanya 30 sampai 40 menit, kini lebih lama. Satu jam lebih.

Sore menjelang magrib itu saya sangat berhati-hati mengendarai sepeda motor. Alasannya karena jalanan cukup licin akibat hujan membasahi tanah-tanah liat yang berhamburan di tengah jalan. Apalagi, ban depan kendaraan saya sudah gundul.

Bagaimana bisa mengetahui ban kendaraan kita gundul? caranya cukup gampang. Cukup diamati. Haha.

Yah, tanda-tanda ban kendaraan sudah gundul, atau tidak layak digunakan adalah, ketika sudah tidak ada lagi motif alur ban. Semua sudah halus. Apalagi jika lapisan serat kawat sudah muncul. Wajib hukumnya untuk menggantinya.

Pabrik ban kendaraan tentu membuat motif atau bunga alur pada ban kendaraan memiliki standar dan fungsi. Alur tersebut berfungsi sebagai batas karet ban yang bisa digunakan.

Selain itu, motif alur pada ban juga berfungsi untuk mengurangi traksi atau gaya gesek antara aspal dengan ban. Sehingga kendaraan bisa berjalan stabil meski melalui jalanan berair.

Air yang berada pada permukaan jalan, akan masuk ke alur ban dan terbuang keluar mengikuti alurnya. Sehingga gaya gesek antara ban dan permukaan jalan tetap baik.

Sebaliknya, jika alur tersebut sudah tidak ada, maka tidak ada lagi tempat penampung dan pembuangan air. Sehingga gaya gesek antara permukaan jalan dan ban semakin sedikit karena dihalangi oleh air.

Itu sebabnya, sering terjadi kecelakaan pada saat musim hujan. Apalagi jika ban kendaraan sudah gundul.

Di Maros, saya hanya dua malam. Kemudian kembali lagi ke Makassar.

Saat tiba di Makassar, saya langsung pergi membeli ban baru.

Sebelumnya, saya menggunakan ban radial. Dengan menggunakan ban dalam.

Kali ini, saya membeli ban tubeless. Jenis ban ini lebih baik karena kontruksinya lebih kuat dan kokoh. Kemudian jika menggunakan ban tubeless, kita tidak lagi menggunakan ban dalam.

Ban tersebut saya beli seharga 175 ribu. Kemudian pentil 10 ribu. Jadi total 185 ribu rupiah.

Kemudian saya memasang sendiri di indekos teman saya. Di sana ia memiliki tools lengkap.

Kurang lebih setengah jam saya membongkar dan memasangnya kembali. Meski masih dibantu sama Masturi. Hahaha.

Ban tubeless ternyata betul-betul kokoh dan kuat. Besi pencungkil ban Rahman yang saya gunakan sampai bengkok.

Saat memasang pentil, saya juga sempat kesusahan memasang bautnya. Karena jaraknya sangat pendek.

“Gunting sedikit itu pentilnya,” kata Junaidi yang juga ada di situ.

“Saya lalu juga kuguntingpi baru bisa kupasang,” tambahnya.

Yah, beberapa minggu lalu, Junaidi juga sudah mengganti ban sepeda motor. Cukup lama.

Selain karena ban depan dan belakang, ia juga baru kali pertama mengganti ban tubeless dengan sendirinya.

“Jun kemarin sampai malam. Ada kapang 5 jam baru selesai nakerja,” kata Masturi.

“Begitu memang Jun. Namanya saja anak otomotif, tapi tidak tau ma’bengkel,” kata Rara.

“Apaji pale natau,” tanya teman satu lagi.

“Demo ji natau,” jawabnya.

Yah. Memang, jika hanya sekadar belajar teori saja tidak cukup. Harus dipraktikkan langsung.

Semakin sering kita mempraktikkan langsung, maka akan semakin mahir. Itu intinya.

***

Ada beberapa yang harus diperhatikan jika ingin membeli ban baru. Yah setiap ban kendaraan memiliki kode dan ukuran masing-masing.

Ban sebelumnya memiliki kode 70/90 - 17. Kali ini saya membeli dengan kode 80/80 - 17.

Angka 70 itu adalah ukuran tinggi ban. Sementara 90 adalah ukuran lebar ban. Kemudian angka 17 adalah rim roda.

Sekian dulu cerita ini. Semoga bermanfaat. (*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url