[Resensi Buku] Man's Search For Meaning

Penderitaan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Tapi percayalah, setelah penderitaan, akan muncul kebahagiaan. Yang terpenting, bagaimana kita memaknai setiap peristiwa dalam hidup.


MENJELANG akhir tahun, hujan lebih sering turun secara berkesinambungan. Dalam sehari semalam, nyaris tak memiliki jeda.

Teman saya datang ke indekos, dengan basah kuyup. Meski menggunakan jas hujan harga sepuluh ribuan, dia tetap basah.

Buku-buku dalam tasnya juga basah pada beberapa bagian. Dia sempat menyetrika untuk segera mengeringkannya.

Man's Search For Meaning. Salah satu buku yang ia setrika, dari beberapa buku metodologi penelitian yang ia bawa. Beberapa bulan ini, tasnya yang biasanya diisi kumpulan buku kiri, sekarang mulai berubah menjadi buku penelitian.

Tentu saya tertarik untuk meminjamnya. Apalagi, pada sampulnya tertulis buku ini telah terjual lebih dari 16 juta eksemplar di seluruh dunia. Selain itu, juga telah diterbitkan dalam 49 bahasa dan 190 edisi. Wow..

Di Makassar, saya tidak sempat membacanya. Beberapa kesibukan dalam mengurus tugas akhir membuat saya malas membaca buku selain skripsi. Sama seperti teman saya. 

Setiap hari hanya bolak balik kampus, menunggu dosen, bimbingan, atau ke perpustakaan mencari referensi. Malamnya dihabiskan dengan bersenda gurau, menertawakan segala kegagalan, dan struggle yang dilalui dalam akhir-akhir masa studi.

Baru tiga hari lalu, setelah kabar kampus di lock down, saya memutuskan untuk pulang kampung. Di rumah, saya mulai membacanya setiap selesai makan malam. Ditemani dengan segelas kopi hitam dan iringan instrumen musikalisasi.

Suasana lebih hening. Jauh dari keramaian. Hanya ada suara jangrik dan binatang malam lainnya.

Ternyata, buku ini juga telah dibaca oleh teman saya di Polman. Bahkan ia juga telah membuat resensi, dan pengalaman hidupnya yang ia rasa terdefinisikan dalam buku ini.

Yah buku ini sangat menarik dan masih related dengan kehidupan sekarang. Banyak contoh dan teori yang bisa kita maknai dalam setiap jejak langkah.

Kata senior saya, setiap langkah ada pengetahuan. Tetapi dalam buku ini, setiap langkah memiliki makna.

Buku ini pertama kali diterbitkan di Jerman pada 1946 berjudul A Psychologist Experiences the Concentration Camp

Kemudian berganti menjadi Say Yes to Life in Spite of Everything, dan terakhir dalam versi terjemahan Inggrisnya pertama kali diterbitkan pada 1959 dengan judul Man's Search for Meaning.

Penulisnya adalah Viktor E. Frankl. Seorang psikiater yang hidup sepanjang abad ke-20.

Dalam buku ini, Frankl banyak menceritakan pengalamannya yang sangat tragis. Bahkan, saat membacanya, membayangkan kehidupannya pun begitu pilu.

Bagaimana tidak, dalam sebuah iklim yang cukup dingin, para tawanan termasuk Frankl, dipaksa bekerja dalam kondisi tanpa pakaian. 

Bekerja tak kenal waktu siang dan malam. Kemudian diberi makan seadanya. Kadang hanya seperti roti.

Meski berprofesi sebagai dokter dan psikiater, Frankl mengalami masa-masa tersebut selama 3 tahun. Tidak sedikit kawannya meninggal akibat kelaparan, kondisi cuaca, bahkan pekerjaan yang tiada henti.

Cukup panjang pengalamannya selama di kamp yang ia ceritakan dalam buku ini. Tetapi dari penderitaan tersebut, ia menemukan makna dari setiap pengalamannya. Tujuan hidup yang membuatnya bertahan.

Salah satu teori yang Frankl jelaskan di akhir buku ini adalah tentang logoterapi. Sebuah psikoterapi yang memusatkan upaya pada pencarian makna hidup.

Teori tersebut telah ia terapkan kepada rekan tawanan kamp saat masih menjadi tawanan. Kemudian ia kembangkan lagi dan aplikasikan setelah bebas.

Logoterapi mengajarkan bahwa ada tiga jalan yang bisa ditempuh seseorang untuk menemukan makna hidupnya. 

Jalan pertama melalui karya atau tindakan. Jalan kedua melalui pengalaman atau dengan mengenal seseorang. Dan jalan ketiga melalui penderitaan.

Bagi Fankl, penderitaan ada yang tidak bisa dihindari. Dan menurutnya, dalam setiap penderitaan itu ada makna atau mungkin tujuan hidup bisa ditemukan.

So, jangan mengeluh jika mendapat sebuah cobaan. Tetapi berusahalah melaluinya dan memahami makna atau pesan Tuhan dalam perjalanan tersebut.

Buku ini, jadi penutup bacaan saya di akhir tahun 2020. Bagi teman-teman yang belum membacanya, saya recommended buku ini untuk dibaca tahun depan. (*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url