Selamat Berbahagia Saudaraku dalam Kemanusiaan

Siswa SMK BK Palu.
Siswa SMK BK Palu.

Selamat hari natal, selamat berbahagia buat saudara-saudaraku dalam Kemanusiaan. Semoga damai selalu menyertai kita semua. Hari ini adalah hari kemenangan buat kalian.


KALI saya ingin berbagi cerita. Pengalaman yang selalu teringat setiap bulan Desember. Semua bermula saat sekolah di SMK Kristen BK Palu.

Sebagai seorang muslim, saya turut berbahagia melihat kalian, saudara-saudaraku berbahagia. Meskipun kita tidak bersaudara dalam iman, tetapi kemanusiaan mempersaudarakan kita.

Saya memiliki banyak teman, guru, bahkan orangtua angkat beragama nasrani.

Yah, selama tiga tahun hidup bersama mereka. Saat sekolah menengah kejuruan di Kota Palu. Saya selalu berada di tengah-tengah mereka setiap perayaan natal.

Saya sekolah di SMK Kristen Bala Keselamatan Palu. Dari ratusan siswa dari berbagai jurusan, hanya 2 orang muslim. Saya dan teman di jurusan berbeda.

Dari puluhan guru yang pernah mengajar saya di sekolah tersebut, hanya satu orang yang muslim. Dan dari sekian banyak teman-teman tetangga kos di kompleks, hanya satu dua yang muslim. Dan orangtua wali yang saya tempati ngekos di Kota Palu, pun beragama nasrani.

Bisa dibilang, selama tiga tahun, teman bermain, teman belajar, teman diskusi, teman yang membantu ketika susah, semua nonmuslim. Berbeda agama. Tapi kami hidup rukun dan damai. Kami semua bersaudara dalam kemanusiaan.

Di sekolah, setiap hari Sabtu juga ikut serta di tengah-tengah siswa dan guru yang melaksanakan ibadah OSIS. Begitupun setiap akhir semester atau akhir tahun. Saya juga berada diantara mereka yang sedang merayakan natalan di sekolah. 

Perayaan tersebut menjadi syarat sebelum penerimaan rapor pendidikan. Selama tiga tahun seperti itu.

Tentu, saya terpaksa mengikuti semua itu. Karena itu sudah menjadi aturan di sekolah. Saya juga tidak serius mengikutinya. Hanya sekadar menggugurkan kewajiban. Datang mengisi daftar hadir. Semua agenda dalam perayaan natal sekolah saya abaikan.

Persoalan pelajaran pendidikan agama, saya sempat ditawari ikut bersama mereka. Katanya untuk mempermudah mendapat nilai. Tidak perlu repot-repot keluar mencari guru agama di luar sekolah. Lagi-lagi mereka hanya memawari, tidak memaksa.

Tetapi saya menolak untuk hal ini. Setiap pelajaran agama, saya keluar kelas. Dan saya belajar agama dari guru agama sekolah lain.

Ketika mereka sedang berdoa, baik saat apel, ibadah osis, atau natalan, di tengah-tengah mereka saya juga ikut berdoa. Kami sama-sama menutup mata.

Mereka mengunci kedua tangannya, dan saya mengangkat kedua tangan sampai di depan dada, menengadahkan telapak ke atas. Begitu cara yang diajarkan saya dalam Islam.

Di sekolah tersebut, saya tetap melaksanakan kewajiban di bulan ramadhan. Puasa. Teman-teman saya sangat menghargai ketika saya puasa.

Begitupun orangtua wali, atau akrab saya sapa Mamade. Saat saya tinggal di rumahnya, juga sering membelikan kue atau es buah untuk berbuka puasa. Saya pun biasa salat di rumahnya.

Mereka menjalankan agamanya masing-masing. Dan saya juga merasa iman saya tetap pada Islam. Segala larangan yang jelas haram, saya tinggalkan.

Persoalan dunia, belajar, saya banyak lalui bersama orang nasrani. Tetapi persoalan agama atau keyakinan, saya tetap berusaha menghindarinya.

Bagi kalian agama kalian. Bagiku agamaku.

Semoga kita semua bisa hidup rukun dan dama di Negeri ini. Negeri yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Indonesia.

Mungkin banyak kesalahan yang pernah saya lakukan. Dan setiap kesalahan yang diberitahukan dan saya ketahui akan senantiasa saya perbaiki.

Sekali lagi, semoga damai selalu menyertai kita semua. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. (*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url