Siswa 3T di Pusat Kota

Siswa putus sekolah yang belajar di Sekolah Anak Bangsa (SAB) Makassar.
Siswa putus sekolah yang belajar di Sekolah Anak Bangsa (SAB) Makassar.

BAGAIMANA anak-anak di Kampung Amanah, Jalan Hertasning, Makassar belajar? Mereka belajar bak siswa di daerah 3T. Terdepan, terpencil, dan tertinggal. Padahal lokasinya berada di pusat kota terbesar di Indonesia Timur.

Jumat, 23 Oktober 2020. Suasana masih pagi. Lalu lintas di jalan raya yang biasanya macet, kini berjalan lancar. Langit sangat cerah.

Di salah satu rumah belajar di Kampung Amanah, Nadir dan tiga temannya sudah hadir. Didampingi oleh Fajar. Masih sedikit. Padahal, jumlah anak-anak yang ikut pembukaan pendidikan anak bangsa dua hari lalu cukup banyak. Ada 20 orang lebih.

Beberapa diantara mereka sangat antusias belajar. Meskipun sebagian masih perlu untuk dipanggil langsung di rumahnya.

Nadir dan beberapa temannya, bersama kami fasilitator (saya dan Fajar), mendatangi satu persatu rumah mereka. Dalam perjalanan, beberapa anak mulai ikut.

Meski hanya berpakaian biasa. Ada yang baru bangun, dan beberapa juga sudah mandi.

Sebelum memulai pembelajaran, terlebih dulu semua mencuci tangan di tempat yang telah disediakan. Lalu menggunakan masker dan face shield.

Yah, meskipin pandemi, mereka tetap harus belajar. Beberapa sudah memiliki android. Namun sebagian besar belum sama sekali.

Tingkatan mereka juga berbeda-beda. Ada yang masih kelas 2 SD, kelas 3, 4, dan 6. Juga ada yang sudah SMP. Dan beberapa putus sekolah bahkan ada juga yanh tidak bersekolah sama sekali.

Kami mengatur bangku terlebih dulu. Menentukan jarak setiap anak-anak.

Sebelum memulai, kami bersama-sama membaca doa belajar sesuai ajaran Islam. Kebetulan semuanya muslim.

Lalu menyapa, menanyakan kabar, dan membakar semangatnya melalui energizing. Semua sudah siap belajar.

Kali ini saya berbagi pengetahuan terkait matematika. Mengajar mereka soal cerita dalam perhitungan.

Saya menyesuaikan kemampuan mereka. Ada yang baru belajar penjumlahan dan pengurangan. Beberapa juga sudah mengerti perkalian dan pembagian.

Saya melihat mereka sangat antusias. Bahkan ada yang meminta diberi tugas banyak agar bisa ia kerjakan segera.

"Kak selesai mi. Pelajaran apalagi yang mau diajar yang lain? Supaya bisa saya pelajari, karena mauka juga pergi jual tisu di jalan sama di kampus," katanya.

Yah, dia adalah Mail. Anak yang putus sekolah, tetapi antusiasnya ingin belajar cukup tinggi.

Tapi, ia juga harus kerja. Membantu orangtuanya.

Saya cukup prihatin dan juga belajar darinya. Begitu banyak waktu luang, yang kadang saya tidak gunakan untuk belajar.

Sementara ada anak yang ingin sekali belajar, tetapi putus sekolah, dan harus membantu orangtuanya bekerja.

Senang bisa berbagi dengan anak-anak di kampung Amanah. Saya juga banyak belajar dari mereka. Semangat di tengah pandemi dan berbagai kekurangan dalam hal finansial. (*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url