Parameter Sukses dan Bahagia

Bahagia berkumpul dan bersenang-senang bersama teman seperjuangan di kampus.
Bahagia berkumpul dan bersenang-senang bersama teman seperjuangan di kampus.

"PARAMETER apa yang dapat kita gunakan untuk mengukur seseorang agar bisa disebut sukses?" Kata seorang teman dalam sebuah story.

Sepertinya pikirannya terbebani dengan ocehan tetangga yang mengatakan kalau sukses itu nanti punya mobil, rumah mewah, dan kerja minimal PNS. "Penilaian di mata masyarakat begitu," katanya.

Teman saya itu sekarang menjadi guru honorer di kampungnya. Karena penilaian masyarakat yang seperti itu, sehingga sedikit membebani pikirannya. Apalagi formasi CPNS untuk guru ditiadakan. Kalau seperti itu, ia tidak akan bisa sukses?

Pandangan seperti itu sudah menjadi perbincangan umum di mata masyarakat. Utamanya mereka yang masih awam. Belum mengetahui apa kesuksesan, atau mungkin merasa tidak sukses padahal sebenarnya sudah sukses.

Bagi saya, sukses itu adalah ketika tujuan sudah tercapai. Tinggal kita memahami, sebenarnya apa tujuan kita.

Seorang mahasiswa dikatakan sukses ketika berhasil meraih gelar sarjana. Seorang sarjana bisa dikatakan sukses saat sudah bekerja. Sarjana yang bekerja bisa dikatakan sukses ketika tujuan dalam pekerjaannya tercapai. Begitu seterusnya.

Namun tidak selamanya seperti itu. Setiap orang pasti memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang kesuksesan. Tergantung kondisi lingkungan dan kebutuhan.

Bercerita tentang kesuksesan, tentu tidak lepas dengan kebahagiaan. Saya mengatakan diriku sukses ketika saya merasa bahagia. Dan kebahagiaan itu muncul ketika tujuan tercapai.

Nah di sini terkadang ada yang menyalahartikan kebahagiaan dan kenikmatan. Menjadi PNS, mobil, dan rumah mewah itu menurutku hanya keinginan. Hanya kenikmatan yang sifatnya temporer.

Ada PNS yang dipecat karena mengkritik pemerintah. Ada mobil yang hanyut dan tenggelam digilas tsunami dan banjir. Begitupun rumah mewah yang rubuh, rata dengan tanah akibat gempa. Akibatnya, rasa yang awalnya nikmat, seketika berubah menjadi pahit.

Bagi saya, kebahagiaan itu jauh lebih penting daripada kenikmatan. Dan hal yang membuat saya menjadi bahagia adalah ilmu pengetahuan.

Saya sangat bahagia bisa menempuh pendidikan, meskipun rasanya kadang pahit. Meskipun sudah sampai ke jenjang pendidikan tinggi, rasanya pikiran ini masih haus ilmu pengetahuan.

Betapa bahagianya hati, jika setiap saat bisa menemukan pengetahuan baru. Semakin banyak ilmu yang diketahui, rasanya semakin bahagia.

Begitupun saat dibagikan. Semakin banyak orang yang kita ajarkan rasanya semakin bahagia lagi.

Dan terpenting, bahwa ilmu itu tidak akan habis jika dibagikan, malahan akan semakin bertambah. Tidak akan bisa dicuri orang. Tidak akan hilang meski terjadi tsunami, banjir bandang, gempa bumi, dan sebagainya.

Inilah kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki menurut saya. Bukan kenikmatan seperti pekerjaan, gaji, mobil, dan rumah mewah yang sifatnya hanya sementara. Sewaktu-waktu bisa dicuri orang atau hilang ditimpa bencana alam.

Dan terpenting adalah, kita mesti memahami bahwa hidup kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Kita hanya bisa mengendalikan diri kita sendiri.

Kita tidak bisa mengendalikan ucapan orang lain, apalagi tindakannya. Kita juga akan sulit merasakan kebahagiaan jika terus menerus memikirkan ucapan orang lain.

The last, always do the best now and here. Sadari bahwa ruang kendali kita hanya ada saat ini, dan di tempat kita berada. 

Tidak perlu menyesali kejadian masa lalu, karena itu sudah di luar kendali kita. Begitupun dengan masa depan, tidak perlu khawatir. Karena juga berada di luar kendali kita. (*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url